Prodi Teknologi Pangan Unimus pada 8/8 23 melakukan lokakarya evaluasi kurikulum dengan menghadirkan pakar Prof Dr Feri Kusnandar dari IPB dan mitra dari kampus dan industri pangan. Mitra kampus hadir dari Untag Semarang, USM, Upgris, UKSW Salatiga dan tak ketinggalan Dosen Unimus sendiri dari Prodi Gizi, Agribisnis, Akutansi, Statistika dan Sains Data. Mitra dari Lembaga dan industri hadir dari Badan Ketahanan Pangan Kota Semarang, Balai Pengujian Mutu Hasil Perikanan Semarang, Patpi Semarang, PT Indofood Fortune, PT Nippon Indosari Corpindo, PT Nestle, CV Controlwise, CV Yuasa Food Makmur Wonosobo, dan UMKM pangan. Perwakilan mahasiswa dan alumni turut hadir.
Lokakarya diselenggarakan di Hotel Horison dibuka oleh Dekan Fikkes Unimus Dr Ali Rosidi SKM MSi. “Kurikulum adalah ruh dari Proses Belajar Mengajar, oleh karena itu sangat tepat sekali lokakarya ini agar menghasilkan output lulusan yang sesuai dengan kebutuhan industri yang terus berkembang,” sambutnya.
Kaprodi Teknologi Pangan Unimus Dr Nurhidajah STP MSi dalam sambutan pembukaan menyampaikan, “Lokakarya ini merupakan bagian dari program Kompetisi Kampus Merdeka (PK-KM) batch III Unimus, penjabaran dari kegiatan Inspiring Lecturer for Excellence Student, pengembangan kurikulum dan model pembelajaran Abad 21.”
Prof Dr Feri Kusnandar dosen Fateta IPB University, Pengurus Pusat Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI), Pengurus Pusat GAPMMI, dan juga Asesor BAN-PT menyampaikan materi ‘Menyeimbangkan kurikulum Program Studi Teknologi Pangan dengan Perkembangan Industri.’ “Kurikulum dapat dievaluasi selama lima tahun sekali, namun untuk subtansi bisa disesuaikan setiap tahun melihat perkembangan. Sudah ada acuannya yaitu kurikulum inti dari PATPI (Standar Pendidikan PATPI, Edisi Revisi 2022) yang memuat KKNI dan dapat diharmonisasi dengan acuan Kebijakan MBKM, IFT (2018), IUFoST (2021), dan EQAS-Food Award,” jelasnya.
Prodi Teknologi Pangan Unimus terus berbenah. Hasil survey kepada pengguna lulusan tahun 2020-2021 diperoleh informasi bahwa kemampuan berfikir kritis dalam pemecahan masalah (problem solving) dengan kategori baik sebanyak 35%, sedang kemampuan kerjasama tim sebanyak 40% pada kategori baik. “Kami akan terus meningkatkan kemampuan tersebut diantaranya melalui model pembelajaran yang berbasis kasus (case methods) dan kerja tim (team-base project) sehingga Mahasiswa dan alumni mampu menjadi complex problem solver,” jelas Dr Nurhidajah. (Gus/admin)